Dosen Unmuh Jember Bekali Personel Polres Jember dengan Psikologi Massa untuk Pengamanan Pilkada 2024
![]() |
Panca Kursistn Handayani, S.Psi, M.Psi, Psikolog saat bekali Personel Polres Jember (Sumber : Humas Psikologi Unmuh Jember) |
Dalam rangka mempersiapkan pengamanan Pilkada serentak 2024, Polres Jember menggelar kegiatan pembekalan psikologi massa bagi personel yang akan bertugas mengamankan tempat pemungutan suara (TPS).
Pembekalan ini diberikan oleh Ibu Panca Kursistn Handayani, S.Psi, M.Psi, Psikolog, yang merupakan Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember). Kegiatan tersebut bertujuan untuk membekali petugas pengamanan dengan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika psikologi massa, sehingga mereka dapat lebih siap menghadapi berbagai situasi yang mungkin terjadi di lapangan.
Pembekalan ini berlangsung dalam tiga tahap, dengan total 680 personel Polres Jember yang akan dikerahkan pada hari pemungutan suara. Pada tahap pertama, sebanyak 262 anggota Polres dan Polsek jajaran, termasuk Kapolres dan pejabat utama, mengikuti pelatihan ini di Gedung Ahmad Zainuri dan Lobi Pariwisata Universitas Muhammadiyah Jember pada Selasa (29/10/2024) lalu.
Panca dalam materi yang disampaikan, mengulas secara mendalam mengenai psikologi massa, jenis-jenis massa, dan dampak psikologis yang dapat muncul dalam situasi kerumunan. Menurutnya, pemahaman ini sangat penting agar petugas pengamanan dapat mengelola emosi mereka dan merespons dengan tepat dalam menghadapi berbagai kondisi yang mungkin timbul, seperti panik, kecemasan, atau bahkan trauma.
Dirinya menjelaskan bahwa massa dapat dibedakan menjadi empat jenis utama, yaitu massa pasif, massa crowd, massa mob, dan massa riot. Massa pasif adalah sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama dan cenderung memiliki empati dan simpati terhadap sesama. Massa crowd adalah kerumunan yang terbentuk secara sementara, dipengaruhi oleh faktor eksternal, dan lebih spontan dalam berperilaku. Massa mob adalah kelompok yang bersikap emosional dan agresif, sering kali terbagi menjadi pelaku aktif dan penonton pasif, dengan potensi tindakan yang tidak terkendali. Sedangkan massa riot adalah perilaku massa yang anarkis dan terjadi secara tiba-tiba, dengan emosi yang tinggi dan hilangnya rasionalitas.
Lebih lanjut, Panca membeberkan dampak psikologis yang
sering kali muncul dalam situasi kerumunan yang tegang, seperti penurunan
konsentrasi, terganggunya kemampuan komunikasi, serta reaksi emosional yang
tidak terkendali. Dampak-dampak ini dapat memperburuk situasi jika tidak
dikelola dengan baik oleh petugas pengamanan. Misalnya, ketika seseorang merasa
panik atau cemas, konsentrasi mereka dapat terganggu, meningkatkan risiko
terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Selain itu, emosi negatif seperti ketegangan atau stres dapat menghambat kemampuan petugas untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif, yang pada gilirannya mengganggu koordinasi antar tim pengamanan. Panca juga mengingatkan bahwa reaksi yang tidak terkendali dapat memperburuk situasi dan menyebabkan eskalasi ketegangan yang lebih besar, bahkan berujung pada kerusuhan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Panca menekankan pentingnya komunikasi yang efektif sebagai salah satu kunci utama dalam pengamanan. Komunikasi yang jelas dan terbuka dapat membantu petugas pengamanan mendapatkan informasi yang akurat dan merespons situasi dengan lebih baik. Selain itu, komunikasi yang baik juga membantu meningkatkan kesiapsiagaan mental petugas, sehingga mereka tetap tenang dan fokus meskipun dihadapkan pada tekanan yang tinggi.
Tak kalah pentingnya, saling memberi dukungan emosional antar sesama petugas juga sangat dibutuhkan. Dukungan ini dapat mengurangi kecemasan dan stres yang mungkin dirasakan oleh petugas, sekaligus memperkuat rasa solidaritas dan kerja sama tim. Dengan adanya dukungan ini, personel pengamanan akan merasa lebih diperhatikan dan lebih siap menghadapi berbagai tantangan di lapangan.
Kapolres Jember, AKBP Bayu Gubunagi, menyampaikan bahwa
pembekalan psikologi massa bagi personel pengamanan sangat krusial untuk
memastikan Pilkada 2024 di Jember berjalan dengan aman, damai, dan lancar.
Mengingat terdapat 4.046 TPS dengan tingkat kerawanan yang berbeda-beda, sesuai
dengan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) yang telah dipetakan, pemahaman mengenai
dinamika massa akan sangat membantu petugas dalam mengelola situasi di
lapangan, baik yang tenang maupun yang berpotensi memicu ketegangan. Pembekalan
ini bertujuan agar pengamanan bisa lebih terfokus dan siap menghadapi berbagai
tantangan, demi kelancaran dan ketertiban selama Pilkada.
Belum ada Komentar untuk "Dosen Unmuh Jember Bekali Personel Polres Jember dengan Psikologi Massa untuk Pengamanan Pilkada 2024"
Posting Komentar